Warganya Dimangsa Hidup-hidup Ular Piton, Kepala Desa Ungkap Fakta Baru yang Bikin Merinding


Kasus ular piton (Pythonidae) atau ular sawah atau sanca kembang memangsa manusia terulang lagi.

Kali ini korbannya adalah wanita berumur 54 tahun, Watiba, yang hilang sejak Kamis (14/6/2018).

Jasad warga Desa Lawela, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra), ditemukan utuh dalam perut ular piton yang dibelah, Jumat (15/6/2018) pagi.

Sebelumnya, Minggu (26/3/2017), petani sawit, Akbar (27) tewas dimangsa piton di kebun sawit korban, Desa Salubiro, Kecamatan Korossa, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat.

Jasad Akbar ditemukan utuh di perut piton yang dibelah warga.

Kapolres Muna AKBP Agung Ramos Paretongan Sinaga melalui Kasat Reskrim Polres Muna Iptu Fitrayadi mengungkapkan, berdasarkan kesaksian warga setempat, wanita paru baya itu meninggalkan rumah menuju ke kebunnya pada Kamis (14/6/2018), sekitar pukul 19.00 Wita.

Tujuannya tak lain untuk mengecek kebun miliknya.

Sebelum berangkat ke kebun, Wa Tiba sempat berpesan kepada adiknya La Mariada bahwa dia ingin mengecek kondisi kebunnya.

Namun, hingga pagi hari korban tidak kunjung kembali. Sang adik, La Mariada kemudian memutuskan mencari keberadaan korban usai Salat Id, Jumat (15/6/2018).

Di tengah perjalanan, dia menemukan sendal dan senter korban tergeletak di tengah jalan disertai kondisi rumput yang rebah.

“La Mariada lalu memberitahukan kepada kepala desa dan warga lalu dilakukan pencarian,” jelasnya.

Warga yang dibantu anggota Polres Muna kemudian memperluas pencarian dengan menyasar empat lingkar tempat ditemukannya barang-barang korban.

Akhirnya, di antara mereka menemukan petunjuk dari semak-semak yang nampak rusak. Terlihat seperti bekas perkelahian.

Benar saja, dugaan warga terbukti. Sekitar pukul 09.00 Wita, warga menemukan ular sepanjang tujuh meter yang tidak bisa bergerak lagi lantaran perutnya sudah membesar.

“Kemudian ular tersebut ditarik ke kampung. Setelah dibelah, korban ditemukan sudah tak bernyawa di dalam perut ular tersebut,” ungkap Fitrayadi seperti dilansir penasultra.com, Jumat (15/6/2018).

Menurut informasi warga di sekitar lokasi korban ditemukan, sering terlihat ular piton berkeliaran. Ular-ular ini bahkan sering berusaha memangsa hewan berukuran besar seperti sapi.

"Pernah ada sapi milik warga yang dipelihara di sekitar lokasi itu nyaris ditelan ular sekitar enam bulan lalu," ujar Kepala Desa Persiapan Lawela, Faris seperti dilansir liputan6.com.

Malah, menurut Faris, ular yang dilihat warga saat itu berukuran lebih besar dari ular yang memangsa Wa Tiba.

Warga menduga, lokasi bebatuan gamping yang memiliki rongga-rongga di wilayah itu ditinggali kawanan ular piton

Kata Faris, warga desa lainnya sering membunuh ular dengan ukuran yang lebih kecil di sekitar rumah mereka. Lokasinya juga tidak begitu jauh dari kebun korban yang tewas ditelan ular.

"Lokasi berkebunnya korban memang angker dan dijauhi warga sekitarnya. Hanya dua orang yang berani disitu," ujar Faris.

Warga lainnya yang memiliki kebun di sekitar lokasi tempat korban di perut ular piton diketahui bernama La Haruni. Jaraknya sekitar 500 meter dari korban ditemukan.

Sebelumnya, Akbar (25), petani kelapa sawit di Desa Salubiro, Kecamatan Korossa, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat, yang tewas diterkam ular piton atau sanca kembang atau sanca batik, ternyata sedang berjuang untuk keluarganya.

Ceritanya, dia ke kebun untuk memetik kelapa sawit, lalu dijual demi membiayai perjalanannya dari Mamuju Tengah ke Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.

Di Luwu, Akbar rencananya akan menjemput istrinya bernama Muna dan anaknya.

Sekretaris Desa Salubiro, Junaedi mengatakan, sekitar sebulan sebelum kejadian ini, Akbar mengantar Muna ke kampung halaman di Luwu untuk melahirkan anak kedua mereka.

"Saat (istri) selesai melahirkan, Akbar kembali ke sini. Jadi, rencananya ini, Akbar pergi panen sawitnya karena mau ke Palopo (Luwu) kembali jemput istrinya, kasihan," tutur Junaedi.

Ayah almarhum juga tidak berada di Mamuju Tengah saat kejadian maut itu menimpa.

"Orangtuanya juga baru sampai tadi pagi (Selasa kemarin), karena dia ada di Tinambung, Polewali Mandar," kata Junaedi.

Polewali Mandar merupakan kabupaten di Sulawesi Barat.

Akbar merupakan anak yatim.

Ibunya meninggal, sedangkan ayahnya masih hidup.

Kematian Akbar belum diketahui Muna.

"Tidak bisa dihubungi (telepon) karena susah jaringan (seluler) di tempatnya," kata Junaedi.

Warga Kerap Temukan Ular

Terpisah, seorang kerabat Akbar, Mursalim, mengatakan, ular berukukan raksasa kerap ditemukan di kawasan kebun sawit tersebut.

"Di sini memang sering ditemukan ular piton raksasa, tapi baru ini pernah kejadian telan orang," kata Mursalim kepada TribunSulbar.com.

Pada tahun 1990-an, kata Mursalim, warga setempat pernah menemukan ular serupa di daerah tersebut.

Ketika itu, lahan sawit baru dibuka.

Berikutnya, pada tahun 2001.

"Juga ditemukan ular piton raksasa sepajang sembilan meter lebih," ujar Mursalim.

Ular yang menerkam Akbar berukuran sekitar tujuh meter.

Warga meyakini Akbar diterkam ular piton saat tengah memanen kelapa sawit.

"Hasil panen sawitnya terhambur, mungkin ini diserang dari belakang ulang," kata warga Mamuju Tengah, Satriawan, kepada Tribunsulbar.com, Selasa (28/3/2017).

Kronologi Kejadian

Ular piton atau sanca kembang atau sanca batik meneror warga Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat.

Seorang petani kelapa sawit bernama Akbar (25), tewas dimangsa ular dari suku Pythonidae tersebut di kebunnya di Desa Salubiro, Kecamatan Korossa, Kabupaten Mamuju Tengah.

Peristiwa tersebut diperkirakan terjadi antara Minggu (26/3/2017) dan Senin (27/3/2017).

Bermula saat korban berangkat dari rumah menuju kebun sawitnya, Minggu sekitar pukul 09.00 wita.

Namun, korban tak kembali hingga keesokan harinya, atau Senin.

Akbar dicurigai hilang oleh tetangganya karena tidak pulang seharian.

Biasanya, dia kembali dari kebun pada siang hari.

Keluarga dan warga pun mencari keberadaannya.

Saat pencarian sekitar pukul 22.00 Wita, warga setempat menemukan seekor ular piton di kebun milik korban.

Ular piton tak bisa bergerak seperti batang kelapa.

Heran melihat ular berperut buncit, warga kemudian menangkap ular sepanjang tujuh meter tersebut.

Perut ular piton dibelah

Setelah perut ular dibelah, warga kaget.

Ternyata ada tubuh Akbar yang tak lagi bernyawa di perut ular piton.

"Ditemukan di lokasinya (kebunnya) kasihan," kata Satriawan, pemuda yang turut mencari Akbar.

"Hasil panen sawitnya terhambur, mungkin ini diserang dari belakang ulang," kata Satriawan menambahkan kepada wartawan Tribunsulbar.com, Nurhadi, Selasa (28/3/2017).

Warga mengaku sempat mendengar teriakan dari kebun yang diduga merupakan suara Akbar.

Hal itu disampaikan Sekretaris Desa Salubiro, Junaedi saat menceritakan kronologi kejadian.

"Warga di sini dengar orang teriak sekitar pukul 13.00 wita, tapi dikiranya orang pemburu babi apa lagi tidak ada suara minta tolong makanya tidak dihiraukan," ujarnya menambahkan.

Jasad Akbar ditemukan masih utuh di perut ular piton tersebut.(tribunnews.com)